Menurut psikolog Hj. Fitriani F. Syahrul, Msi. Psi, Direktur Yayasan Lentera Insan, Depok, secara umum, kualitas hubungan suami-istri ditentukan oleh banyak hal, "Di antaranya yang paling penting adalah trust (rasa percaya)."
"Suami dan istri harus saling memercayai pasangannya masing-masing. Percaya, pasangannya akan melakukan hal terbaik yang ia bisa. Bukan hal terbaik yang diharapkan, lho, tetapi hal terbaik yang ia bisa," papar Fitri.
Faktor lain adalah percaya pasangan akan menjaga kehormatan pernikahan mereka. Ini juga hal mendasar. Contohnya, istri atau suami sebaiknya tak membicarakan kekurangan pasangannya di depan orang lain. "Misalnya, di depan tetangga atau teman sekantor, mengumbar cerita tentang pria atau wanita idaman, selain pasangannya."
Jika kepercayaan ini bisa dijaga, suami-istri akan saling menghargai apa adanya, menghargai kelebihan dan kekurangan pasangan, termasuk menghargai pikiran dan pendapat. "Ada unsur saling memotivasi. Idealnya, sih, kelebihan dan kekurangan dibicarakan sebelum pernikahan, tapi itu kan sulit. Masa pacaran biasanya diisi dengan yang manis-manis saja."
Jaga Peran Masing-masing
Nah, di saat bulan puasa, selain aspek spiritualitas, banyak elemen yang bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas hubungan. Menurut Fitri, yang pertama adalah kejujuran. Ini berkaitan dengan kepercayaan dan menjaga kehormatan pernikahan tadi.
Rasa syukur berhubungan dengan kepercayaan pada pasangan. "Allah menciptakan sesuatu sangat adil, ada plus-minusnya, seimbang. Coba perhatikan, jika suami minus di suatu hal, biasanya istri punya kelebihan di situ. Dengan kepercayaan, kita bisa menemukan empati berupa pengertian terhadap pasangan. Suami-istri harus yakin, mereka dipasangkan sebagai pasangan yang klop," katanya lagi.
Puasa juga menyangkut ritual yang harus dijalankan, misalnya waktu imsak dan sahur. Imsak dan sahur akan membantu pasangan menjaga disiplin peran masing-masing. Saat berbuka atau shalat tarawih berjamaah, misalnya, suami menjadi imam. Saat berbuka, istri menyiapkan menu berbuka puasa.
"Suka atau tidak, suami dan istri punya peran masing-masing. Nah, menjaga peran itu butuh kemauan untuk saling menghargai dan diperlukan disiplin peran. Berbagai konflik yang menimpa suami-istri terjadi akibat masing-masing pasangan tak disiplin menjaga peran masing-masing," lanjutnya.
Puasa juga menyediakan ruang bagi pasangan suami istri untuk berkomunikasi pada saat berbuka maupun sahur. "Trust, saling menghargai, saling pengertian, idealnya perlu sarana pertemuan yang berkualitas, tak hanya berkumpul tetapi yang satu menonton televisi, yang lain baca koran. Tetapi berkumpul, makan bersama, dan ngobrol bareng. Di bulan puasa, itu bisa dilakukan saat berbuka dan sahur," katanya.
Kebersamaan inilah yang mewadahi semua kebutuhan interaksi tadi, termasuk soal komunikasi, kedekatan fisik, dan kemesraan. Mau tak mau, papar Fitri, suami akan cepat pulang untuk berbuka bersama istri, begitu pula istri akan menyiapkan hidangan berbuka spesial bagi suami. Ini akan merekatkan hubungan dan idealnya harus dimanfaatkan pasangan suami istri.
"Jika bisa, jangan berbuka puasa terpisah-pisah. Yang satu di rumah, yang lain di kafe, kecuali memang tak dimungkinkan. Bulan puasa adalah bulan istimewa, jarang-jarang mendapatkan kebersamaan yang berkualitas," lanjutnya. Andaikata puasa dipahami sedemikian mendalam, konflik yang muncul akan bisa diminimalisasi.
Faktor lain adalah percaya pasangan akan menjaga kehormatan pernikahan mereka. Ini juga hal mendasar. Contohnya, istri atau suami sebaiknya tak membicarakan kekurangan pasangannya di depan orang lain. "Misalnya, di depan tetangga atau teman sekantor, mengumbar cerita tentang pria atau wanita idaman, selain pasangannya."
Jika kepercayaan ini bisa dijaga, suami-istri akan saling menghargai apa adanya, menghargai kelebihan dan kekurangan pasangan, termasuk menghargai pikiran dan pendapat. "Ada unsur saling memotivasi. Idealnya, sih, kelebihan dan kekurangan dibicarakan sebelum pernikahan, tapi itu kan sulit. Masa pacaran biasanya diisi dengan yang manis-manis saja."
Jaga Peran Masing-masing
Nah, di saat bulan puasa, selain aspek spiritualitas, banyak elemen yang bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas hubungan. Menurut Fitri, yang pertama adalah kejujuran. Ini berkaitan dengan kepercayaan dan menjaga kehormatan pernikahan tadi.
Rasa syukur berhubungan dengan kepercayaan pada pasangan. "Allah menciptakan sesuatu sangat adil, ada plus-minusnya, seimbang. Coba perhatikan, jika suami minus di suatu hal, biasanya istri punya kelebihan di situ. Dengan kepercayaan, kita bisa menemukan empati berupa pengertian terhadap pasangan. Suami-istri harus yakin, mereka dipasangkan sebagai pasangan yang klop," katanya lagi.
Puasa juga menyangkut ritual yang harus dijalankan, misalnya waktu imsak dan sahur. Imsak dan sahur akan membantu pasangan menjaga disiplin peran masing-masing. Saat berbuka atau shalat tarawih berjamaah, misalnya, suami menjadi imam. Saat berbuka, istri menyiapkan menu berbuka puasa.
"Suka atau tidak, suami dan istri punya peran masing-masing. Nah, menjaga peran itu butuh kemauan untuk saling menghargai dan diperlukan disiplin peran. Berbagai konflik yang menimpa suami-istri terjadi akibat masing-masing pasangan tak disiplin menjaga peran masing-masing," lanjutnya.
Puasa juga menyediakan ruang bagi pasangan suami istri untuk berkomunikasi pada saat berbuka maupun sahur. "Trust, saling menghargai, saling pengertian, idealnya perlu sarana pertemuan yang berkualitas, tak hanya berkumpul tetapi yang satu menonton televisi, yang lain baca koran. Tetapi berkumpul, makan bersama, dan ngobrol bareng. Di bulan puasa, itu bisa dilakukan saat berbuka dan sahur," katanya.
Kebersamaan inilah yang mewadahi semua kebutuhan interaksi tadi, termasuk soal komunikasi, kedekatan fisik, dan kemesraan. Mau tak mau, papar Fitri, suami akan cepat pulang untuk berbuka bersama istri, begitu pula istri akan menyiapkan hidangan berbuka spesial bagi suami. Ini akan merekatkan hubungan dan idealnya harus dimanfaatkan pasangan suami istri.
"Jika bisa, jangan berbuka puasa terpisah-pisah. Yang satu di rumah, yang lain di kafe, kecuali memang tak dimungkinkan. Bulan puasa adalah bulan istimewa, jarang-jarang mendapatkan kebersamaan yang berkualitas," lanjutnya. Andaikata puasa dipahami sedemikian mendalam, konflik yang muncul akan bisa diminimalisasi.
Sumber: kompas.com
Judul: Puasa Bisa Bikin Pasangan Makin Harmonis
Rating: 100% based on 99998 ratings. 7912 user reviews.
KLIK UNTUK INFO TIPS DAN TRIK KASKUS
Rating: 100% based on 99998 ratings. 7912 user reviews.
KLIK UNTUK INFO TIPS DAN TRIK KASKUS