» Home » »Gigitan Binatang Picu Trauma Anak

Gigitan Binatang Picu Trauma Anak

Gigitan Binatang Picu Trauma Anak. BERHATI-hati jika Anda memelihara binatang di rumah. Gigitan hewan tidak hanya menorehkan rasa sakit, namun juga memicu trauma berkepanjangan pada anak. Bermain bersama binatang peliharaan tentu saja mengasyikkan. Anak-anak juga menyukainya. Banyak manfaat yang bisa diambil ketika anak dibiarkan bermain bersama hewan.

Di antaranya, mengajak anak berbagai kasih sayang dengan makhluk lain, sebagai ilmu pengetahuan bagi anak. Apalagi, banyak buku bacaan yang mempunyai tokoh binatang. Apalagi ada hewan-hewan jenis tertentu yang bagus untuk menunjang perkembangan anak.

Namun, saat anak bermain dengan binatang, orang tua musti waspada penuh agar binatang tidak menggigit. Tidak hanya sakit secara fisik, penelitian terbaru menunjukkan, anak yang terkena gigitan binatang akan mengalami gangguan stres pascatrauma (post-traumatic stress disorder/PTSD).

Sejumlah orang biasanya menderita PTSD setelah mengalami suatu peristiwa yang membuat mereka atau orang lain dalam bahaya, seperti kecelakaan mobil atau penyerangan oleh orang tak dikenal.

Orang yang menderita PTSD sering kali mengalami gangguan ingatan dan bayangan mimpi peristiwa yang dapat mengganggu kehidupan sehari-hari mereka.

“PTSD dapat menyebabkan kondisi yang sangat mengkhawatirkan pada anak-anak karena dapat mengganggu perkembangan normal mereka,” kata Dr Nancy Kassam-Adams, Wakil Direktur The Center for Pediatric Traumatic Stress at The Children’s Hospital di Philadelphia, Amerika Serikat.

Dia mencontohkan, seorang anak yang mengalami kesulitan belajar membaca sehingga menyebabkan peristiwa yang traumatik. Anak yang mengalaminya kemungkinan besar dapat pulih, namun dalam waktu lebih lama dibandingkan dengan orang dewasa.

Selanjutnya, Dr Li Ji, seorang dokter anak di Peking Union Medical College Hospital di Beijing, China, dan rekan-rekannya mempelajari 358 anak usia 5–17 tahun yang datang ke bagian unit gawat darurat (UGD) di Peking University People’s Hospital setelah digigit seekor binatang, seperti kucing, kelinci, anjing, atau tikus.

Anak-anak mendapatkan perawatan normal untuk luka akibat gigitan itu, bergantung pada seberapa parahnya luka akibat gigitan. Di antaranya pemberian vaksin rabies, membersihkan dan menutup luka, serta mengonsumsi antibiotik.

Anak-anak juga diperiksa untuk kemungkinan mengalami gejala PTSD dan kondisi lain ketika mereka datang ke UGD. Pemeriksaan dilakukan lagi sepekan kemudian serta tiga bulan sesudahnya.

Dalam penelitian selama tiga bulan itu, 19 dari 358 anak-anak ternyata didiagnosis mengalami PTSD. Anak-anak yang dirawat di rumah sakit karena luka gigitan yang paling parah memiliki risiko tertinggi mengalami gangguan tersebut, yaitu 10 dari 38 anak mengalami PTSD.

Tidak ada perbedaan signifikan mengenai seberapa sering anak balita atau lebih tua dari itu mengalami PTSD. Anak laki-laki serta perempuan juga memiliki kemungkinan yang sama didiagnosis PTSD. Hasil penelitian ini diterbitkan dalam jurnal Pediatrics.

Para peneliti tidak membandingkan kelompok anak korban gigitan hewan dengan populasi anak-anak yang lebih luas, tetapi hanya menemukan fakta bahwa sekitar 5% dari anak-anak yang digigit mengalami PTSD.

Hasil tersebut sama dengan kesimpulan dari penelitian lain yang telah ditemukan untuk anak-anak ketika terluka. Namun, angka tersebut tidak benar-benar mencerminkan jika semua anak akan mendapatkan PTSD setelah terluka.

Diketahui, banyak anak mengalami kesulitan kembali bersikap normal setelah peristiwa traumatis. Para peneliti mengatakan –seperti diterbitkan dalam jurnal Pediatrics– bahwa dokter harus sadar anak-anak berisiko mengalami PTSD setelah mendapat serangan hewan, terutama gigitan yang cenderung parah.

Kassam-Adams, yang tidak terlibat dengan penelitian itu juga menyatakan, cedera itu sendiri bukanlah satusatunya hal yang memengaruhi apakah seorang anak mengalami PTSD, tapi perawatan terhadap anak setelah serangan itu punya peran penting.

“Yang penting,apa yang terjadi di UGD itu dan bagaimana dokter dan perawat merawat luka anak-anak itu,” katanya seperti dikutip Reuters.

Dia menambahkan, yang dibutuhkan saat itu adalah mengurus dampak psikologis anak-anak akibat cedera. Ji mengatakan, temuan penelitian ini menyiratkan pesan yang langsung tertuju kepada dokter di rumah sakit.

“Di awal perawatan, beberapa dokter tidak mengerti dan menyadari pentingnya pemeriksaan psikologis terhadap anak,” katanya.

“Tapi setelah tim saya menunjukkan hasil penelitian ini, baru semua pasien anak yang masuk ke UGD di rumah sakit menerima pemeriksaan itu,” terangnya.

Sementara itu, tip bagi orangtua supaya anak mampu mengatasi trauma suatu kejadian yakni pastikan anak merasa aman. Misalnya, memeluk, memberi kehangatan, dan meyakinkan anak bahwa semuanya baik-baik saja merupakan cara memberi rasa aman bagi anak.
Judul: Gigitan Binatang Picu Trauma Anak
Rating: 100% based on 99998 ratings. 7912 user reviews.
KLIK UNTUK INFO TIPS DAN TRIK KASKUS