» Home » »Single Parent Tak Selamanya Buruk

Single Parent Tak Selamanya Buruk

Single Parent Tak Selamanya Buruk. MITOS yang beredar di masyarakat menyebutkan, anak dari orang tua tunggal akan tumbuh menjadi anak nakal dan pemberontak. Anggapan itu tak selamanya benar, karena setiap anak memiliki kesempatan yang sama untuk sukses. Sejatinya, siapa pun tidak ingin menjadi single parent, baik itu karena bercerai maupun meninggal dunia. Repotnya mendidik anak sendiri mulai memberi makan, perhatian, pergaulan, sampai pendidikannya sudah pasti ada di pikiran kita. Namun, kalau memang sudah takdir digariskan Tuhan harus mengalami hal tersebut, Anda sudah harus siap menjalankannya.

Banyak yang beranggapan, anak yang orang tuanya berpisah akan tumbuh menjadi pribadi yang broken home atau pemberontak. Sepertinya pernyataan tersebut sudah harus ditinggalkan.

Penelitian terbaru menunjukkan, anak yang terlahir dari pasangan yang harmonis maupun bercerai sama-sama memiliki kesempatan untuk berhasil dalam pendidikan dan kehidupannya kelak. Penelitian yang dilakukan seorang profesor Ohio State University, Amerika Serikat berusaha menentang pemikiran konvensional bahwa orang tua yang masih lengkap dalam sebuah keluarga selalu yang terbaik untuk anak-anak. Orang tua tunggal yang kembali menikah atau tinggal bareng bersama pasangan tanpa menikah mungkin lebih mengganggu anak, sama seperti bercerai.

“Berdasarkan studi ini, memang kami tidak dapat mengatakan dengan pasti bahwa pernikahan akan menjadi solusi terbaik bagi anak dari orang tua tunggal, terutama ketika pernikahan itu sudah tidak sehat dan bukan yang terakhir,” kata Claire Kamp Dush, asisten profesor bidang pembangunan manusia dan ilmu tentang keluarga di Ohio State, Amerika Serikat.

Hanya dalam lingkungan keluarga berkulit hitam, Kamp Dush menemukan keuntungan tersendiri pada anak-anak yang hidup dengan dua orang tua lengkap dibanding hanya satu sosok orang tua. Anak-anak negro dari keluarga yang harmonis terlihat memiliki nilai tes membaca dan matematika yang lebih baik dibanding yang terlahir dari orang tua single parent.

Sebaliknya, terlepas dari ras apa pun, anak-anak dari keluarga bercerai ternyata mendapatkan nilai yang juga tinggi dari segi akademis dan kepribadian dibanding anak dari keluarga yang masih lengkap. “Hasil penelitian menunjukkan bahwa kunci agar anak tumbuh dengan sehat, yaitu dia tidak berasal dari keluarga bercerai atau perubahan lain dalam keluarga, baik orang tua tunggal maupun keluarga utuh,” kata Kamp Dush seperti dikutip laman babycenter. com.

Lalu, bagaimana bisa bertahan mengasuh anak sebagai seorang single parent? Memang hal itu tidak mudah karena Anda harus berperan sebagai ayah dan ibu sekaligus. Mendidik anak bersama pasangan saja sudah cukup sulit, apalagi harus dijalankan seorang diri. Namun, banyak contoh di dunia seorang single parent yang berhasil membesarkan anaknya hingga sukses dalam kehidupannya.

Yang paling penting adalah Anda harus tetap memenuhi kebutuhan dasar Anda sendiri terlebih dahulu. Rutin makan, istirahat, dan memanjakan diri harus menjadi prioritas. Perhatian kepada diri sendiri memang mudah untuk diabaikan, terutama jika Anda tidak memiliki mitra untuk membantu kegiatan rumah tangga Anda.

“Saya biasanya harus membayar perhatian (ke kegiatan rumah tangga) untuk memastikan kalau saya sudah cukup makan,” kata Rachel Sarah, penulis buku dan pembuat blog “Single Mom Seeking”. “Saya juga belajar bagaimana pentingnya mendapatkan cukup tidur, yang berarti membuat banyak pekerjaan rumah saya terlupakan. Rumah pun menjadi berantakan, tapi saya harus membuat kesusahan itu berlalu,” tuturnya.

Sarah juga sesekali menyelipkan olahraga ringan dalam setiap kegiatannya. Contohnya, dia tidak membawa mobil ketika pergi ke supermarket, tetapi membawa anaknya dalam kereta dorong dan berjalan kaki untuk berbelanja. Anda juga harus tetap bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Jika Anda berlaku individualistis saat mengajak anak ke tempat bermain di mana banyak pasangan membawa anaknya, tentu akan membuat Anda cepat tua.

Berbagi dengan ayah atau ibu dengan kisah serupa mungkin akan membantu Anda kuat menghadapi hidup. “Ketika suami teman saya bekerja lembur, kami biasanya berkumpul untuk makan malam. Kadang-kadang kedua bayi kami menangis bersamaan. Namun, setidaknya kami melalui halhal menggembirakan secara bersama- sama,” kata Sarah.

Jika Anda mengalami kesulitan mencari teman, pertimbangkan untuk bergabung dengan organisasi pendukung orang tua tunggal. Silakan kunjungi laman Parents Without Partners, cek grup di Facebook, komunitas BabyCenter, dan berbagai situs jaringan sosial lainnya yang banyak tersebar di internet. Atau hubungi perkumpulan wanita atau grup gereja di kota Anda. Kalaupun tidak ada, Anda dapat membentuknya sendiri. Membentuk sebuah komunitas sendiri berguna untuk memberikan dukungan emosional dan rasa memiliki dengan sesama anggota.
Judul: Single Parent Tak Selamanya Buruk
Rating: 100% based on 99998 ratings. 7912 user reviews.
KLIK UNTUK INFO TIPS DAN TRIK KASKUS