Sekolah Bisa Bikin Anak Stres. BANYAKNYA materi pelajaran yang harus diserap, tugas sekolah yang menumpuk, serta tekanan guru dan teman sekelas, membuat anak stres saat menuntut ilmu. Bagaimana mengetahui gejalanya dan mengatasinya?
Stres dapat memengaruhi siapa saja, termasuk anak-anak. Bahkan tidak hanya berlangsung di rumah, anak bisa jadi stres ketika mengikuti pelajaran di sekolah. Padahal, tujuan pendidikan sesungguhnya adalah untuk membentuk anak menjadi pribadi yang antara lain cerdas secara intelektual dan emosional. Kenyataannya, guru dan aturan sekolah sering kali menjadi sumber stres anak.
Psikolog anak dan profesor perkembangan manusia di University of California, Davis, Amerika Serikat, Brenda Bryant PhD menyatakan, stres sendiri bukanlah hal yang buruk. “Anda tidak bisa hidup tanpa stres sama sekali,” ujarnya seperti dikutip laman webmd.com.
Menurut dia, tantangan membuat seseorang belajar hal baru dan menjaga otak tetap aktif bekerja.
“Tapi jika stres benar-benar mengganggu perkembangan dan pertumbuhan anak, itu yang menjadi masalah. Kadang-kadang karena terlalu stres, anak-anak tidak bisa berpikir dengan baik,” tutur Bryant. Ini, kata dia, adalah tanda orang tua untuk mengintervensi anak. Di satu sisi, anak membutuhkan bimbingan dan arahan sesuai usianya. Di sisi lain, orang tua umumnya membiarkan proses belajar ini dengan sendirinya.
”Kita tidak perlu memberikan anak tekanan agar dia tetap bertahan,” kata Karen DeBord PhD, seorang spesialis perkembangan anak di North Carolina Cooperative Extension Service.
”Membangun motivasi dalam diri anakanak adalah hal yang paling penting. Daripada memberinya satu dolar untuk membeli sesuatu, sebaiknya katakan begitu bangganya Anda terhadap dia. Dan tanya balik ‘Kamu tidak bangga dengan diri kamu?,” ujar dia.
“Jika anak melakukan (perilaku baik) hanya untuk mendapatkan hadiah atau komplimen dari Anda, itu bukan cara pembelajaran yang tepat buat dia. Sifat seperti itu hanya membuatnya seperti seseorang yang bekerja hanya untuk menimbun uang dan selalu mengeluh soal pekerjaannya. Siapa yang tidak bosan berada di sekitar orang tersebut?” kata dia.
Asisten kepala sekolah di Atlanta’s Lovett School yang membawahi 1.500 siswa preschool hingga sekolah menengah, Richard L Hall PhD menyatakan, tidak adil bagi orang tua untuk menuntut standar yang lebih tinggi kepada anakanaknya daripada yang mereka hadapi sendiri.
”Orang tua terlalu sibuk ingin melihat anaknya sukses, tetapi tidak bertoleransi, dibanding yang cerdas dalam segala hal,” kata dia. ”Sekolah dan orang tua perlu mengingatkan diri lagi bahwa keunggulan cerdas yang berkelanjutan itu tidak alami. Hal ini adalah bagaimana upaya Anda dan diri Anda sendiri bergerak menyelesaikannya,” ujar Hall. Jika seorang anak stres diperlukan bagi keluarganya untuk mencari bantuan profesional dari seorang psikolog anak atau psikiater anak.
Tetapi menghilangkan stres, seperti juga banyak hal lain, pencegahan adalah kuncinya.
Apa saja tanda-tanda anak stres dengan sekolah? Di antaranya dia selalu ketakutan dan mengalami mimpi buruk dalam tidurnya. ”Ini bukan sesuatu yang mereka takutkan, tapi fakta bahwa mereka ternyata lebih takut,” kata Bryant. Lalu, anak sering sakit perut dan pusing. Keluhan semacam ini menunjukkan bahwa anak-anak stres.
”Orang tua benar jika berpikir bahwa ada sesuatu yang lebih dari penyakit fisik,” ungkap dia. ”Tetapi itu bukan berarti bahwa anak bisa saja hanya mengada-ada.
Dia mungkin ingin menghindari sesuatu, tetapi dia benar-benar merasakan (stres). Mungkin cara mereka mencoba untuk mengatasi stres terlalu banyak,” ujar Bryant. Tanda lain adalah selalu berpikiran negatif dan terus berbohong.
”Salah satu cara untuk mengatasi ini adalah menerima kebohongan tanpa elebih-lebihkan itu sebagai sebuah masalah,” saran Bryant. ”Katakan kepada anak bahwa akan lebih baik bahwa itu adalah masalah bersama dan memberi dia kesempatan untuk memberikan ide jalan keluarnya. Itu bisa sangat efektif. Akhirnya, orang tua tidak akan menerima kebohongan dan juga tidak menolak perasaan anak,” tutur dia.
“Ini membuat orang tua dan anak terpacu dalam sebuah diskusi. Anda ahu dari mana kebohongan itu berasal, sementara keinginan anak benar-benar terjadi,” kata Bryant.
Sinyal stres anak juga terlihat saat di buah hati menarik diri, berperilaku regresif, dan rasa malu yang berlebihan. Anda tentu tahu temperamen anak Anda. Memang tidak semua anak berlaku dewasa dengan kecepatan yang sama. Beberapa anak terlihat lambat untuk menerima hal-hal baru.
”Jika Anda tahu kemarahan anak Anda lebih mudah terjadi atau lebih agresif dari anak-anak lain, bantu dia mencari jalan keluar terbaik,” kata DeBord. Jika anak Anda harus diberi waktu menenangkan diri, ajak dia bermain sepeda usai makan malam. Jika dia membutuhkan sesuatu yang menenangkan, perdengarkanlah musik yang asyik di kuping. Lalu bagaimana cara agar menjaga anak dari stres sehingga tidak mengganggu perkembangannya? Pertama, luangkan waktu dengan anak-anak.
Selain itu, berikan anak lingkungan rumah yang nyaman. Boleh saja melancarkan aturan dan batasan serta konsekuensi saat anak melanggar aturan, tetapi harus tegas. Orang tua juga harus memonitor kebiasaan makan anak. Yang paling penting, jangan hanya berbicara dengan anak Anda, tetapi berkomunikasila. Ketika anakanak berperilaku nakal, cobalah untuk memahami mengapa dia melakukan hal itu, bukan sematamata menghukum. Lama-kelamaan anak juga akan ikut memahami perilakunya yang salah. ”Selalu dengarkan pendapat dan usulan anak Anda,” kata Hall.
Selain itu, akui dan terima segala kebutuhan anak. Informasikan ke anak bahwa sekolah merupakan proses jangka panjang. “Sebenarnya, keberhasilan atau kegagalan satu kali saja tidak memengaruhi secara langsung kehidupan seorang anak. Pertumbuhan akan terjadi. Anda sebagai orang tua bisa dan harus belajar untuk menerima proses itu dan mungkin saja ada yang tak terduga,” ujar Hall. Hall menyatakan, apa pun yang kita lakukan kepada anak, sejatinya merupakan upaya untuk menunjukkan kasih sayang, dukungan, dan perhatian.
“Itu adalah pesan yang paling penting adalah bahwa kita berada di dekatnya dan bahwa kita mencintai dan mendukung mereka,” ujar dia. Cara lain untuk mendukung upayanya agar tidak stres adalah mengatur rutinitas anak.
”Rutinitas adalah baik. (Cara ini) membantu anak mengurangi stres,” kata DeBord.
”Menjalankan waktu tidur, bangun, dan mandi secara teratur adalah penting bagi anak di semua usia. Hal ini juga membantu anak-anak belajar untuk mengembangkan diri. Pertemuan keluarga juga penting. Sebelum berangkat sekolah, upayakan berkumpul untuk mengutarakan tentang hal apa saja yang terjadi dan bagaimana itu bisa berjalan, seperti siapa yang mandi duluan atau jam berapa alarm dibunyikan. Semua anggota keluarga diberikan kesempatan berbicara,” tutur dia. Komunikasi juga berarti membantu anak-anak belajar dari kesalahan mereka.
Bryant menyarankan orang tua untuk membiarkan anak-anak tahu bahwa Anda akan membantu mereka memecahkan masalah yang menyebabkan perilakunya tidak terpuji. ”Ketika anak datang hanya untuk dihukum, mereka tidak akan memberi tahu mengapa dia melakukan hal itu. Ada keseimbangan antara penetapan batasan, komunikasi yang terbuka, dan ganjaran,” kata Bryant.
“Batasan berbeda dari hukuman. Saya setuju untuk menerapkan aturan, tetapi hukuman justru terlalu sering digunakan karena orang tua tidak mengakui bahwa anak-anak akan stres berada di bawah pengasuhannya. Anak sebenarnya tidak ingin (berbuat jahat), tetapi dia (belum tahu) bagaimana mempertahankan persahabatan dan hubungan dengan orang tua meskipun tekanan itu datang juga dari lingkungannya,” ujar dia.
Judul: Sekolah Bisa Bikin Anak Stres
Rating: 100% based on 99998 ratings. 7912 user reviews.
KLIK UNTUK INFO TIPS DAN TRIK KASKUS
Rating: 100% based on 99998 ratings. 7912 user reviews.
KLIK UNTUK INFO TIPS DAN TRIK KASKUS